Rasulullah Tauladan sebenarnya
Sebagaimana
telah di firmankan oleh Allah SWT. bahwa “sungguh, telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu”, maka sudah sepatutnya bagi kita
yang mengaku sebagai umatnya nabi Muhammad SAW. dan mengaku cinta kepadanya,
untuk mencontoh segala tingkah laku Rasulullah SAW. Dengan ikhlas sepenuh hati
lillahi ta’ala.
Agama islam
adalah agama Rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam), tidak ada
paksaan dalam menganutnya, dan agama yang di ridhoi oleh Allah SWT. Allah
menciptakan para rasul sebagai utusan-Nya untuk umat manusia. Nabi
sekaligus Rasul yang terahir diciptakan oleh Allah SWT. adalah Rasulullah
Muhammad SAW. Allah memberikan berbagai keistimewaan-keistimewaan kepada nabi
Muhammad SAW. Beliaulah yang pertama akan memberi syafaat di hari akhir nanti
sebagaimana di riwayatkan sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda: "Aku
kesayangan Allah (dan tidak congkak). Aku membawa panji "PUJIAN" pada
hari kiamat, di bawahnya Adam dan yang sesudahnya (dan tidak congkak). Aku yang
pertama pemberi syafa'at dan yang diterima syafaatnya pada hari kiamat (dan
tidak congkak). Aku yang pertama menggerakkan pintu surga dan Allah membukanya
untukku dan aku dimasukkanNya bersama-sama orang-orang beriman yang fakir (dan
tidak congkak). Dan Aku lah paling mulia dari kalangan terdahulu dan
terbelakang di sisi Allah (dan tidak congkak)." (HR. Tirmidzi)
Suatu ketika
ada seorang lelaki datang kepada Rasul dan mengatakan keinginannya untuk
berzina. Kemudian, apa respons Rasulullah SAW.? Apakah beliau langsung melarang
pemuda tersebut? Atau justru membolehkannya? Tidak. Beliau tidak serta merta
marah dan melarangnya atau menjustifikasi bahwa hal tersebut haram. Rasulullah
SAW justru mengajaknya untuk berfikir rasional. Beliau bertanya bagaimana jika
ibunya atau anak perempuannya di zinahi oleh orang lain. Maka pemuda tersebut
pun mengurungkan niatnya untuk berzina. Dari sekilas cerita tersebut, satu
pelajaran bagi kita bahwa Rasulullah tidak pernah langsung menjustifikasi sesuatu
yang salah terhadap mad’u. Akan tetapi beliau mengajak mad’u untuk berfikir
rasional. Dan memutuskan sendiri perkaranya. Karena nabi muhammad di utus
sebagai pemberi rahmat sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Kepada
Rasulullah Saw disarankan agar mengutuk orang-orang musyrik. Tetapi beliau
menjawab: "Aku tidak diutus untuk (melontarkan) kutukan, tetapi
sesungguhnya aku diutus sebagai (pembawa) rahmat." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam buku
NLP for the Quantum Change karangan Phillip Hayes dan Jenny Rogers dikatakan
bahwa dalam coaching, seorang coach harus bisa menahan untuk tidak memberi
advis kepada klien. Karena suatu prinsip bagi seorang coach untuk harus
melakukan pendekatan terhadap suatu tugas yaitu selalu menganggap bahwa klien punya
jawaban atau sumber dalam diri mereka sendiri untuk menghadapi suatu isu, dan
selalu menganggap klienlah (bukan coach) yang memutuskan apa yang mereka
inginkan/butuhkan.
Di sengaja
atau tidak, ke dua hal di atas memiliki persamaan konsep yaitu mengajak mad’u
atau klien untuk berfikir, dan memahami bahwa di dalam setiap diri seseorang
ada sebuah potensi yang tersimpan dan butuh untuk di ungkapkan. Padahal Phillip
Hayes dan Jenny Rogers adalah orang barat yang notabene bukanlah seorang
muslim. Lalu, bagaimana kita selaku umat nabi muhammad, mensikapi hal ini?
Seharusnya
kita bangga dengan nabi kita dan sepatutnya beliaulah yang menjadi idola kita
bukanlah pasha ungu, afgan, agnes monica, dan artis-artis tersohor lainnya yang
bahkan bukan muslim pun di jadikan sebagai idola. Bahkan Michael H. Hart pun
meletakkan Nabi Muhammad di urutan pertama dalam daftar Seratus Tokoh yang
Paling Berpengaruh dalam Sejarah di dunia. Orang-orang yang tidak menganggap
dirinya sebagai umatnya nabi Muhammad saja mempunyai pemikiran yang sama dengan
beliau SAW. walaupun di itu di sengaja ataupun tidak, sedangkan kita yang
jelas-jelas mengaku muslim dan mengaku sebagai umatnya seharusnya bercermin
kepada beliau, dan mempunyai ghiroh yang lebih besar dari mereka. Tapi kita
justru melalaikannya, bahkan terkadang mengerjakan sunah-sunah beliau hanya
untuk gaya-gayaan dan perlombaan yang bukan dalam kebaikan. Oleh karena
itu, kita selaku umat islam dan mengaku umat beliau, maka mari kita tumbuh
suburkan sunah-sunahnya serta berfastabiqul khoirots (berlomba-lomba dalam
kebaikan). Tetapi jangan hanya sekadar jargon kita yg fastabiqul khoirots, akan
tetapi kita ber-nastabiqul khoirots.
(NM)