Jumat, 28 Maret 2014

Rosululloh Teladan



Rasulullah Tauladan sebenarnya


Sebagaimana telah di firmankan oleh Allah SWT. bahwa “sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu”, maka sudah sepatutnya bagi kita yang mengaku sebagai umatnya nabi Muhammad SAW. dan mengaku cinta kepadanya, untuk mencontoh segala tingkah laku Rasulullah SAW. Dengan ikhlas sepenuh hati lillahi ta’ala.
Agama islam adalah agama Rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam),  tidak ada paksaan dalam menganutnya, dan agama yang di ridhoi oleh Allah SWT. Allah menciptakan para  rasul sebagai utusan-Nya untuk umat manusia. Nabi sekaligus Rasul yang terahir diciptakan oleh Allah SWT. adalah Rasulullah Muhammad SAW. Allah memberikan berbagai keistimewaan-keistimewaan kepada nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang pertama akan memberi syafaat di hari akhir nanti sebagaimana di riwayatkan sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda: "Aku kesayangan Allah (dan tidak congkak). Aku membawa panji "PUJIAN" pada hari kiamat, di bawahnya Adam dan yang sesudahnya (dan tidak congkak). Aku yang pertama pemberi syafa'at dan yang diterima syafaatnya pada hari kiamat (dan tidak congkak). Aku yang pertama menggerakkan pintu surga dan Allah membukanya untukku dan aku dimasukkanNya bersama-sama orang-orang beriman yang fakir (dan tidak congkak). Dan Aku lah paling mulia dari kalangan terdahulu dan terbelakang di sisi Allah (dan tidak congkak)." (HR. Tirmidzi)
Suatu ketika ada seorang lelaki datang kepada Rasul dan mengatakan keinginannya untuk berzina. Kemudian, apa respons Rasulullah SAW.? Apakah beliau langsung melarang pemuda tersebut? Atau justru membolehkannya? Tidak. Beliau tidak serta merta marah dan melarangnya atau menjustifikasi bahwa hal tersebut haram. Rasulullah SAW justru mengajaknya untuk berfikir rasional. Beliau bertanya bagaimana jika ibunya atau anak perempuannya di zinahi oleh orang lain. Maka pemuda tersebut pun mengurungkan niatnya untuk berzina. Dari sekilas cerita tersebut, satu pelajaran bagi kita bahwa Rasulullah tidak pernah langsung menjustifikasi sesuatu yang salah terhadap mad’u. Akan tetapi beliau mengajak mad’u untuk berfikir rasional. Dan memutuskan sendiri perkaranya. Karena nabi muhammad di utus sebagai pemberi rahmat sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Kepada Rasulullah Saw disarankan agar mengutuk orang-orang musyrik. Tetapi beliau menjawab: "Aku tidak diutus untuk (melontarkan) kutukan, tetapi sesungguhnya aku diutus sebagai (pembawa) rahmat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam buku NLP for the Quantum Change karangan Phillip Hayes dan Jenny Rogers dikatakan bahwa dalam coaching, seorang coach harus bisa menahan untuk tidak memberi advis kepada klien. Karena suatu prinsip bagi seorang coach untuk harus melakukan pendekatan terhadap suatu tugas yaitu selalu menganggap bahwa klien punya jawaban atau sumber dalam diri mereka sendiri untuk menghadapi suatu isu, dan selalu menganggap klienlah (bukan coach) yang memutuskan apa yang mereka inginkan/butuhkan.
Di sengaja atau tidak, ke dua hal di atas memiliki persamaan konsep yaitu mengajak mad’u atau klien untuk berfikir, dan memahami bahwa di dalam setiap diri seseorang ada sebuah potensi yang tersimpan dan butuh untuk di ungkapkan. Padahal Phillip Hayes dan Jenny Rogers adalah orang barat  yang notabene bukanlah seorang muslim. Lalu, bagaimana kita selaku umat nabi muhammad, mensikapi hal ini?
Seharusnya kita bangga dengan nabi kita dan sepatutnya beliaulah yang menjadi idola kita bukanlah pasha ungu, afgan, agnes monica, dan artis-artis tersohor lainnya yang bahkan bukan muslim pun di jadikan sebagai idola. Bahkan Michael H. Hart pun meletakkan Nabi Muhammad di urutan pertama dalam daftar Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah di dunia. Orang-orang yang tidak menganggap dirinya sebagai umatnya nabi Muhammad saja mempunyai pemikiran yang sama dengan beliau SAW. walaupun di itu di sengaja ataupun tidak, sedangkan kita yang jelas-jelas mengaku muslim dan mengaku sebagai umatnya seharusnya bercermin kepada beliau, dan mempunyai ghiroh yang lebih besar dari mereka. Tapi kita justru melalaikannya, bahkan terkadang mengerjakan sunah-sunah beliau hanya untuk gaya-gayaan dan perlombaan  yang bukan dalam kebaikan. Oleh karena itu, kita selaku umat islam dan mengaku umat beliau, maka mari kita tumbuh suburkan sunah-sunahnya serta berfastabiqul khoirots (berlomba-lomba dalam kebaikan). Tetapi jangan hanya sekadar jargon kita yg fastabiqul khoirots, akan tetapi kita ber-nastabiqul khoirots.
 (NM)

0 komentar:

Posting Komentar